Bena adalah nama sebuah perkampungan
tradisional yang terletak di Desa Tiworiwu,Kecamatan Aimere,Ngada,Flores Nusa Tenggara Timur Penghuni Kampung Adat Bena selama 1200 tahun berhasil menjaga harmoni diantara 9 suku penghuni kampung adat.Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar,yaitu Suku Nagekeo,Suku Bajawa dan Suku Riung.Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini,seperti rumah adat,bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian,pakaian adat dan lain-lain.
Desa ini terletak di bawah kaki Gunung Inerie sekitar 13 km arah selatan Kota Bajawa.Arsitektur Bena dipertahankan seperti jaman purba.Ciri khas kebudayaan megalitikum memang masih sangat lekat di Kampung Adat Bena.Nampak jelas dari formasi batu yang ada didepan setiap rumah yang berfungsi sebagai altar sesaji.Didepan bangunan utama juga terdapat sejumlah bangunan yang disebut Balga dan Ngabu sebagai simbolisasi leluhur setiap suku.Perkampungan adat ini terkenal karena keberadaan sejumlah bangunan megalitik yang dimiliki dan tata kehidupan masyarakatnya yang masih mempertahankan keasliannya.
Warga
setempat menyebut tempat ini seperti berada di atas kapal karena
bentuknya memanjang seperti perahu.Konon menurut cerita yang dipercaya
secara turun temurun, pada zaman dahulu sebuah kapal besar pernah
terdampar di atas lereng gunung itu. Kapal itu tidak bisa berlayar lagi
dan terus terdampar sampai akhirnya air surut dan menjauh dari tempat
itu. Bangkai kapal kemudian membatu dan di atasnya kemudian digunakan
masyarakat setempat sebagai lokasi perkampungan.
Harmoni kehidupan diantara 9 suku yang tinggal di Kampung Bena ini juga cukup terjaga,tiap suku hanya dipisahkan berdasarkan 9 tingkat ketinggian tanah dalam kampung Bena ini,namun semuanya sama dan setara.Posisi tidak mengambarkan masing-masing tingkat ketinggian masing-masing suku.Adat istiadat kampung bena pun senantiasa terjaga,ini bisa kita lihat dari kaum wanitanya yang hingga kini masih menenun kain dengan motif kuda dan gajah yang menjadi motif hias khas Kampung Bena.
Meski jaman terus berkembang,masyarakat Kampung Bena tetap bertekad menjaga keharmonisan kampungnya.
Meski jaman terus berkembang,masyarakat Kampung Bena tetap bertekad menjaga keharmonisan kampungnya.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ngada
http://www.florestourismboard.com/aura/?pilih=news&aksi=lihat&id=62
Harusnya bangsa Indonesia belajar dari Kampung Adat Bena ini. Bagaimana menjadikan perbedaan sebagai pemersatu..Apa mungkin karena 9 suku di kampung adat ini belum kenal istilah "nyaleg" ya...hehe..happy blogging
ReplyDeletewaaahhh ternyata masih ada yach kampung seperti itu..sangat menghargai lelehur..
ReplyDelete@Iskaruji dot com
ReplyDeleteHaha,bisa aja.
Pada umumnya masyarakat kampung adat tak tertarik gemerlap dunia,teguh akan falsapah hidupnya.
Makasih teman,happy weekend and happy blogging.
@Hairun NisYa
Yup,Indonesia kaya potensi budaya dan adatnya.Di Jawa Barat ada,Kampung Naga salah satunya.Banyak ko Neng.
Makasih ya,happy blogging.
ini merupakan penginngalan sejarah yg patut dijada dan jangat samapai terkikis oleh zaman...
ReplyDelete@Asis Sugianto
ReplyDeleteYup,potensi berharga,juga keunikan yang tersimpan didalamnya tak dimiliki daerah lain.
Thanks kawan,happy weekend and happy blogging ajah.
Beragamnya budaya dan keindahan alam Indonesia tak ada bandingannya di dunia. wisata ke kampung adat yg baru saya kunjungi di th 2011 ke kampung Naga.....tak tahan akan undakannya/tangganya.....banyak.udah turun malas naik lagi. makasih ya.
ReplyDelete@Raisya Ramadhanti
ReplyDeleteDulu saya pernah tinggal di Singaparna,sayang Kampung Naga tak pernah ke ingetan.
Coba dech dihitung berapa undak tangga keseluruhan dari depan(jalan raya)ke dalam dengan jarak 500 meter,hehe.
Masama kawan,happy blogging.
kalau mungkin tradisi kesetaraan ini bisa di aplikasikan ke seluruh rakyat indonesia pasti hidup kembali tentram ya sob
ReplyDelete