Pak Raden masih mengukir mimpi karena Si Unyil belum jadi Dongeng Bahagia. Bagi golongan angkatan babe gue mungkin tak asing dengan kata Hompimpah Unyil Kucing, kata inilah yang selalu menyapa kita kala kita melihat serial film boneka Si Unyil pada siaran TVRI saat itu.
Pria paro baya yang kumisnya tebal hampir memenuhi pipi .Siapa pun pasti mengenal pemilik suara lantang tersebut.Ya dia adalah Pak Raden, tokoh antagonis dalam serial film boneka si Unyil. Mengenakan kostum kebesaran, baju surjan, kumis tebal dan blangkon di kepala‚ seniman yang punya nama asli Suyadi itu turun ke jalan. Dia "ngamen" menyuarakan isi hatinya,di teras rumahnya di Jalan Petamburan III, RT03/RW04 No.27 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, Sabtu 14 April 2012.
Dalam acara tersebut, Pak Raden pun menggenggam lima pucuk kertas yang berisi keluh kesahnya. Terdiri dari dua bagian, Pak Raden menulis keluh kesahnya pada dua lembar pertama. Sisanya adalah lirik lagu yang dia nyanyikan. Para tetangga dan penggemarnya memadati bangunan mungil itu,mereka rela berdesak-desakan menyaksikan Pak Raden bernyanyi dan mendongeng. Masih seperti saat membintangi film anak-anak yang disiarkan TVRI itu. "Terima kasih sudah datang dan mendukung aksi saya," kata Pak Raden menyapa semua orang yang memenuhi rumahnya yang berukuran 6 x12 meter itu.
Film Boneka Si Unyil pernah ngetop pada era 1980-1990-an,dan kini pun tak kalah tenar karena tayang lagi di salah satu televisi swasta,meski versi aslinya sudah tidak tayang lagi,namun sosok si Unyil masih laku di layar kaca dengan beberapa modifikasi. Ironisnya, popularitas si Unyil yang menjulang tak otomatis membawa kesejahteraan pada Drs Suyadi yang kerap membawakan sendiri karakter Pak Raden. Di usianya yang ke-79 tahun si pencipta tokoh idola anak-anak itu, kini hidupnya merana,apalagi Pak Raden terus dibekal nyeri persendian.
Pak Raden tak bisa menikmati hak royalti atas hak boneka-boneka ciptaannya,pasalnya lulusan ITB ini sudah menyerahkan royalti boneka ciptaannya kepada PFN. Hak cipta Unyil kini dipegang oleh Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang sekarang berubah menjadi Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BPPN.Semula Pak Raden mengira penyerahan royalti ke PFN hanya berlaku 5 tahun,namun nyatanya selamanya.
Untuk biaya hidup dan berobat Pak Raden terus menciptakan boneka dan melukis.Bahkan tak jarang boneka Unyil koleksinya harus dijual saat tuntutan hidup tak bisa lagi ditahan.Padahal, sosok boneka Unyil kian lama kian laku dan kerap menghiasi layar kaca dengan acara-acara baru. Bahkan, Pak Raden mendengar, sekarang serial Unyil sedang diproduksi secara 3D di salah satu rumah produksi di Batam. Pak Raden menambah panjang seniman yang bernasib buruk di masa tuanya.
Pria paro baya yang kumisnya tebal hampir memenuhi pipi .Siapa pun pasti mengenal pemilik suara lantang tersebut.Ya dia adalah Pak Raden, tokoh antagonis dalam serial film boneka si Unyil. Mengenakan kostum kebesaran, baju surjan, kumis tebal dan blangkon di kepala‚ seniman yang punya nama asli Suyadi itu turun ke jalan. Dia "ngamen" menyuarakan isi hatinya,di teras rumahnya di Jalan Petamburan III, RT03/RW04 No.27 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, Sabtu 14 April 2012.
Dalam acara tersebut, Pak Raden pun menggenggam lima pucuk kertas yang berisi keluh kesahnya. Terdiri dari dua bagian, Pak Raden menulis keluh kesahnya pada dua lembar pertama. Sisanya adalah lirik lagu yang dia nyanyikan. Para tetangga dan penggemarnya memadati bangunan mungil itu,mereka rela berdesak-desakan menyaksikan Pak Raden bernyanyi dan mendongeng. Masih seperti saat membintangi film anak-anak yang disiarkan TVRI itu. "Terima kasih sudah datang dan mendukung aksi saya," kata Pak Raden menyapa semua orang yang memenuhi rumahnya yang berukuran 6 x12 meter itu.
Film Boneka Si Unyil pernah ngetop pada era 1980-1990-an,dan kini pun tak kalah tenar karena tayang lagi di salah satu televisi swasta,meski versi aslinya sudah tidak tayang lagi,namun sosok si Unyil masih laku di layar kaca dengan beberapa modifikasi. Ironisnya, popularitas si Unyil yang menjulang tak otomatis membawa kesejahteraan pada Drs Suyadi yang kerap membawakan sendiri karakter Pak Raden. Di usianya yang ke-79 tahun si pencipta tokoh idola anak-anak itu, kini hidupnya merana,apalagi Pak Raden terus dibekal nyeri persendian.
Pak Raden tak bisa menikmati hak royalti atas hak boneka-boneka ciptaannya,pasalnya lulusan ITB ini sudah menyerahkan royalti boneka ciptaannya kepada PFN. Hak cipta Unyil kini dipegang oleh Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang sekarang berubah menjadi Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BPPN.Semula Pak Raden mengira penyerahan royalti ke PFN hanya berlaku 5 tahun,namun nyatanya selamanya.
Untuk biaya hidup dan berobat Pak Raden terus menciptakan boneka dan melukis.Bahkan tak jarang boneka Unyil koleksinya harus dijual saat tuntutan hidup tak bisa lagi ditahan.Padahal, sosok boneka Unyil kian lama kian laku dan kerap menghiasi layar kaca dengan acara-acara baru. Bahkan, Pak Raden mendengar, sekarang serial Unyil sedang diproduksi secara 3D di salah satu rumah produksi di Batam. Pak Raden menambah panjang seniman yang bernasib buruk di masa tuanya.
Sumber:
http://showbiz.vivanews.com/news/read/304516-dua-lembar-curhat-pak-raden-rebut-si-unyil
http://www.jpnn.com/read/2012/04/16/124337/Pak-Raden,-Ngamen-untuk-Perjuangkan-Hak-Cipta-Karya-
http://hot.detik.com/read/2012/04/16/145523/1893491/230/ini-dia-sosok-asli-pak-raden-tanpa-kumis-dan-riasan
http://hot.detik.com/read/2012/04/16/145523/1893491/230/ini-dia-sosok-asli-pak-raden-tanpa-kumis-dan-riasan
Ingat P Raden ingat si Unyil dan itu tontonanku saat dulu dan skrng jadi kasihan ya P. Raden .......sabar ya. Makasih infonya......I M U.
ReplyDelete@Raisya Ramadhanti
ReplyDeleteYup,pastinya cerita si Unyil ini tak akan hlang begitu saja dari ingatan kita karena waktu itu ceritanya sungguh merakyat.
Sabar kuncinya,makasih ya,happy blogging.
itulah pemerintah indonesia. pejabatnya seperti lintah darat hanya pemeras karya seniman. banyangkan setiap hasil karya kita diwajibkan membayar pajak. bayangkan setiap bulan waktu industri kaset lagu sehat dari semua produksi bisa mengeluarkan minplusnya 5 juta copy dalam dan luar negeri dikali Rp 1000 itu untuk ppn pajak. belum pph dan lainnya.. tapi perlindungan tidak diberikan sama sekali.. Jadi bangsa ini aklaknya lebih buruk dari pada preman yang masih punya solidaritas sesama warganya..
ReplyDeletedan masalah pah raden ini sebenarnya sudah yang kesekian kalinya. ssebelumnya seperti mbah gesang, yang mempunyai royalti puluhan milyar di jepang dan tak bisa diambil karena pemerintah kita gelo... untung orang jepang masih baik hati dan konfensasinya dijadikan taman gesang di solo..
maaf kalau ngomongin pemerintah vs seniman semua pasti akan marah.. dan semoga pak raden bisa menyelesaikan urusannya dengan baik.. amiin
Kunjungan siang hari sobat
ReplyDeleteehm...sisi buruk seorang seniman berprestasi. Kadang apa yang di hasilkan memang tidak sebanding dengan apa yang didapatkan. Moga ada kebijakan yg baik nantinya...Happy blogging!
ReplyDeleteyang abar pak,orang sabar di sayang tuhan.ga didunia siapa tau di alam sana mendafatkan yg lbih.aminnnn
ReplyDeletemengharukan kang
Masa tua seorang seniman .
ReplyDeletesama kayak nasibnya nenek rocker .