Tak ada seorang pun di sana ketika ku bercermin. Tak ada aku di sana. Hanya ada biasan sinar matahari merah ciptakan sebuah bayangan di sudut tempat tidur kecilku. Itu aku. Duduk tertunduk seakan lelah untuk berdiri.
Aku tak melihat esok di telapak tanganku. Aku juga tak melihat kita di telapak tanganmu. Apakah itu artinya tak ada masa depan bagi kita? Sungguh-sungguh tak ada? Jika tak ada yang tersisa untuk sebuah kata 'Kita', lantas mengapa kau masih di sini...di sisian-sisian labirin ingatanku.
Lantas dimanakah tempat bersembunyi? Masih adakah ruang di balik punggung Tuhan untuk berlari darimu, wanita terindahku? Masih adakah tempat di belakang sebuah botol obat tidur untuk membuatmu tak ada di mimpi-mimpi terliarku? Tak bisakah dirimu tak ada dimana pun di partikel terkecil seorang aku?
Lantas dimanakah tempat bersembunyi? Masih adakah ruang di balik punggung Tuhan untuk berlari darimu, wanita terindahku? Masih adakah tempat di belakang sebuah botol obat tidur untuk membuatmu tak ada di mimpi-mimpi terliarku? Tak bisakah dirimu tak ada dimana pun di partikel terkecil seorang aku?
Muak; Marah; dan Bosan. Aku ragu mereka benar-benar ada. Semu ku lihat mereka menjelma menjadi rasa dari akar sebuah keputusasaanku. Muak; Marah; dan Bosan, mereka itu tak pernah ada!! Mereka yang seakan tak pernah mampu menyentuhmu.
Entah bagaimana rasanya; Entah seperti apa jika. Entah bagaimana rasanya menjadikan mereka nyata:Muak kepadamu. Marah kepadamu. Lalu bosan kepadamu. Bahkan ketika yang kukatakan yaitu "Aku membencimu.", yang terdengar oleh hatiku adalah "Aku mencintaimu."
Tuk :
Kaka Dek Devi
SOCIALIZE IT →